Visitor

Kamis, 29 November 2012

misteri matinya hitler

wao ternyata hitler yang bijak tu matinya di indonesia
Pada tahun 1983, di Harian Pikiran Rakyat, Bandung, muncul sebuah artikel tentang pengakuan seorang dokter bernama Sosrohusodo yang berkaitan tentang dugaannya bertemu dengan seorang lelaki Jerman tua dan istrinya di Sumbawa yang diyakininya sebagai Adolf Hitler dan Eva Braun. Tak hanya di Pikiran Rakyat artikel tentang dugaan Hitler dari dr. Sosrohusodo, tetapi di harian lain juga.
Alkisah, pada tahun 1960 dr. Sosrohusodo dalam masa dinasnya bertemu dan merawat seorang dokter tua asal Jerman, bernama Poch, dia memimpin sebuah rumah sakit di Pulau Sumbawa. Meski bergelar dokter dan memimpin sebuah rumah sakit, tampaknya dr. Sosrohusodo berkesimpulan bahwa Poch tidak memiliki keahlian medis sama sekali.
Dalam interaksi inilah dr. Sosrohusodo mengumpulkan beberapa bukti yang kelak diyakininya sebagai ciri-ciri Sang Fuhrer. Keyakinannya semakin kuat ketika dr. Sosrohusodo membaca sebuah edisi dari Majalah Zaman edisi No. 15 tahun 1980 yang memuat tulisannya Heinz Linge, bekas pembantu Hitler yang diterjemahkan dengan judul, “Kisah Nyata dari Hari-hari Terakhir Seorang Diktator”. Kata Sosrohusodo, ketika membaca artikel di Majalah Zaman, ia merasakan seolah jantungnya berdetak kencang karena semua ciri-ciri yang dijelaskan di dalam artikel tersebut nyaris sama persis dengan ciri-ciri yang ia temui pada diri dr. Poch. Beberapa di antara ciri tersebut adalah, cara jalan yang sudah tak sempurna lagi, karena di masa tuanya Hitler disebut berjalan dengan kaki kiri diseret. Tangan kirinya juga selalu gemetar, kemungkinan karena Parkinson, kumis masih tetap seperti semula dan kepala yang sudah tak berambut.
Sang Dokter Tua dari Jerman, menurut Sosrohusodo adalah sosok yang misterius. Misalnya ketika membincangkan tentang peristiwa dan cerita tentang Hitler, dia selalu memujinya sebagai seorang pemimpin besar. Dia juga mengatakan bahwa tidak ada kamp-kamp di Auswitz seperti yang diceritakan banyak film sebagai tempat pembantaian orang Yahudi. Bahkan ketika ditanya tentang gejala Parkinson yang dideritanya, Poch bertanya lagi pada Sang Istri dan jawaban yang diberikan inilah yang membuat Sosrohusodo semakin yakin dengan asumsinya. “Itu kan terjadi sewaktu tentara Jerman kalah perang di Moskow. Ketika itu Goebbles memberitahu kami dan kamu memukul-mukul meja”, demikian dialog yang diingat oleh Sosrohusodo. Jika benar lelaki yang dihadapannya adalah Hitler, maka Goebbles yang dimaksud dalam perbincangan tersebut adalah Joseph Goebbles, Menteri Propaganda Jerman ketika itu. Banyak dialog yang membuat Sosrohusodo semakin yakin, salah satunya adalah panggilan sayang, “Dolf” yang sering diucapkan oleh Sang Istri.
Poch meninggal di Surabaya, setelah dirawat di RS Karang Menjangan (kini RS dr. Soetomo) akibat serangan jantung. Istrinya terbang kembali ke Jerman, dan sebelum meninggal Poch sempat menikah kembali dengan seorang perempuan asal Bandung yang berinisial S. Perempuan yang tinggal di Babakan Ciamis ini setelah melalui proses yang panjang akhirnya mau membuka beberapa cerita pada Sosrohusodo. Poch meninggal pada 12 Januari 1970 pukul 19.30 pada usia 81 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Ngangel.
Sosrohusodo juga mendapat akses untuk melihat dan membaca buku catatan milik dr. Poch. Dalam buku catatan tersebut terdapat ratusan nama orang yang tersebar di seluruh dunia. Dalam buku yang sama terdapat juga catatan dalam tulisan steno. Nama dan alamat orang-orang asing yang ada dalam buku catatan tersebut tersebar dari Pakistan, Tibet, Argentina, Afrika Selatan, dan Italia. Dalam salah satu halaman yang ada, terdapat tulisan Jerman yang jika diterjemahkan berbunyi, “Organisasi Pelarian”. Banyak lagi nama dan alamat dalam buku ini yang memiliki hubungan dengan Nazi.
Tentang tulisan steno yang ada dalam buku tersebut, Sosrohusodo memang kesulitan menerjemahkan dan membacanya, karena tulisan steno ini menggunakan Sistem Gabelsberger, teknik kuno yang sudah tidak digunakan lagi sekarang. Atas bantuan sebuah penerbit di Jerman, akhirnya tulisan steno tersebut berhasil diterjemahkan. Judul catatan dalam steno itu berarti, “Keterangan Singkat tentang Pengejaran Perorangan oleh Sekutu dan Penguasa Setempat pada Tahun 1946 di Salzburg”. Dalam tulisan ini dikisahkan tentang pelarian, “kami berdua, istri saya dan saya pada tahun 1945 di Salzburg”. Terdapat huruf-huruf besar yang menunjukkan rute pelarian keduanya dengan catatan: B, S, G, J, B, S, R. Konon cara menyingkat demikian adalah kebiasaan yang dilakukan oleh Hitler. Sosrohusodo sendiri mengembangkan asumsinya mengartikan huruf-huruf tersebut menjadi, B berarti pelarian dimulai dari Berlin, kemudian menuju S yang berarti Salzburg, terus berlanjut G yang berarti Graz, terus ke J yaitu Jugoslavia, lalu ke B atau Beograd, dan ke S atau Sarajevo, dan terakhir R berarti Roma.
“Pada hari pertama di bulan Desember, kami harus pergi ke R untuk menerima surat-surat paspor dan kemudian kami berhasil meninggalkan Eropa”, kalimat ini adalah hasil terjemahan dari tulisan steno yang ada. Paspor yang dimaksud bernomor 2624/51 diberikan di Rom, tanpa huruf A.
Apakah mungkin sosok yang dimaksudkan adalah Adolf Hitler, pemimpin Nazi yang dinyatakan bunuh diri dan tubuhnya dibakar? Pertama, tak ada satu bukti yang menyatakan jenazah yang terbakar adalah milik Hitler dan Eva Braun. Karenanya, sangat mungkin Hitler dan istrinya berhasil melarikan diri keluar dari Berlin dan bersembunyi di mana pun saja. Kedua, apakah mungkin sampai ke Sumbawa? Kemungkinan selalu ada, apalagi ketika berkuasa selama 12 tahun, Nazi mengirimkan pasukannya ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Salah satu bukti yang tak terbantahkan bahwa pasukan Nazi pernah mencapai wilayah ini adalah pemakaman tentara SS Nazi.
Di sekitar Kampung Situ, Desa Sukaresmi, Megamendung, Bogor, terdapat beberapa makam tentara Nazi dengan nisan salib khas Jerman. Mereka ini adalah perwira-perwira muda yang dikirim ke Hindia Belanda.
Tentang sebab pengiriman tentara Nazi tersebut ada beberapa versi. Versi pertama mengatakan, mereka telah dikirim sejak lama dan di wilayah tersebut terdapat tanah milik Helfferich bersaudara. Makam-makam ini adalah makam angkatan laut Jerman yang tewas di lautan saat melawan pasukan Britania Raya. Namun, sumber kisah ini agak kurang mendukung, sebab jika para tentara itu tewas di laut bersama kapalnya, agak terlalu jauh untuk dimakamkan di atas gunung di daerah Megamendung. Sumber lain mengatakan, makam-makam tersebut adalah makam para perwira muda Jerman dari divisi intelijen yang dikirim untuk menyelidiki keberadaan dan kekuatan Yahudi di Hindia Belanda. Mereka datang ke Hindia Belanda pada tahun 1932, tujuh tahun sebelum Nazi melakukan
pembunuhan besar-besaran pada Yahudi di Polandia tahun 1937. Seberapa valid semua kisah tentang Hitler yang dikubur di Ngagel, tak ada yang pernah tahu, semua hanya sebatas keyakinan.
 
Title: misteri matinya hitler; Written by seriyo; Rating: 5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar