Visitor

Jumat, 30 November 2012

cara mengubah blog menjadi unik

bagi yang mempunyai blog tapi kurang menarik inidia infonya
khusus yang dapat Anda ikuti untuk mengembangkan identitas diri anda dan untuk membantu Anda berdiri sendiri. Beberapa di antaranya memerlukan bakat tertentu atau keahlian orang lain lebih diandalkan dari pada pada konsistensi dan ketekunan. Dalam kedua kasus itu adalah sangat penting untuk menjadi unik dalam meningat karena bisnis blogging yang sangat kompetitif/memiliki persaingan yang ketat. Bahkan satu-satunya ukuran blog yang paling populer adalah kemampuan mereka untuk menjadi menarik dan cara mempertahankan yang mantap. Satu-satunya hal yang baik untuk menarik dan membuat betah pembaca setia blog adalah dengan menawarkan mereka sesuatu yang lain dari pada yang lain. Itulah namanya keunikan.
Berikut adalah 5 cara di mana Anda dapat menciptakan sesuatu yang unik tentang Anda atau situs Anda. Blog yang unik tidak hanya akan meningkatkan traffic blog anda tetapi membangun loyalitas mereka para pembaca setia blog. Ingat membuat blog ini adalah soal memberikan sesuatu yang orang lain miliki atau tidak dan melakukannya secara konsisten.
Kedalaman Isi artikel Blog
Tulislah beberapa topik yang Anda posting dengan isi artikel yang memuat berbagai wawasan atau informasi lainnya yang berguna bagi pembaca. Artinya pengunjung atau pembaca bisa mendapatkan keuntungan dari artikel yang anda tulis. Tulislah posting yang mendalam dengan membuat wawasan yang lebih komprehensif dan dapat menjadi bahan pemikiran pembaca blog. Pembaca blog akan menghargai ini dan akan menunjukkan penghargaan mereka.
KEPRIBADIAN
Tunjukkan kepribadian Anda atau setidaknya salah satu yang membuat pembaca blog anda merasa nyaman. Hal ini dapat tercermin dalam cara Anda menulis atau pendapat Anda yang anda sampaikan. Hal ini akan membantu untuk meningkatkan traffic blog ke situs Anda karena pembaca akan mengalami sesuatu yang unil terhadap wawasan anda, pendapat atau gaya penyampaian anda.
KeAhlian
Jika Anda memiliki keahlian tertentu atau bakat bagikan di situs Anda. Banyak blog menjadi populer dan menonjol karena ‘otoritas’ mereka telah menunjukkan dalam bidang yang mereka minati. Jika Anda memiliki keahlian maka patut dikembangakan melalui posting di web anda
Vokal
Dengan menjadi vokal atau berbagi opini yang hangat maka Anda dapat menarik banyak orang yang memiliki kepentingan tentang apa yang Anda katakan. Tidak semua orang akan setuju dengan Anda tentu saja tetapi mereka akan menghargai komentar Anda dan orang-orang yang umumnya tidak tertarik pada sudut pandang Anda. Sebuah situs seperti ini, yang biasanya melibatkan banyak komentar dan jenis kegiatan, adalah salah satu aset terbaik blog Anda dapat memiliki.
Perspektif Baru
Memposting topik yang telah ‘usang’ dan menyajikannya dalam sebuah artikel baru dapat membuatnya sangat populer pada pembaca. Ketika menyampaikan perspektif Anda pada sesuatu kuncinya adalah untuk menjelaskan dan / atau merasionalisasikan sepenuhnya  sudut pandang Anda. Posting dengan cara ini biasanya akan pembaca blog melihat sesuatu dengan cara yang mereka belum pikirkan sebelumnya. Apakah mereka setuju atau tidak setuju kemungkinan mereka akan menemukan jenis konten menarik.
Beberapa tips blogging yang paling berharga yang bisa Anda dapatkan adalah mengembangkan situs yang menonjol dari yang lain. Memahami bisnis blogging sangat kompetitif adalah penting untuk menawarkan sesuatu yang orang lain tidak punya. Seperti halnya dengan salah satu blog populer Anda harus memiliki kemampuan untuk tidak hanya menarik tetapi juga mengembangkan loyalitas tertentu dengan pembaca blog. 5 cara kita diskusikan di atas, di mana Anda dapat mengembangkan atau menciptakan keunikan tentang diri Anda atau situs Anda, akan berfungsi untuk membuat Anda lebih menonjol dari orang lain. Dengan cara ini maka Anda akan dapat tidak hanya meningkatkan traffic blog ke situs Anda, tetapi juga mempertahankan blog anda.
 
jika kurang menarik kunjungilah http://green-themes.blogspot.com/
Read more ...

jadwal pertandingan indonesia lawan malaysia

Headlinehai nanti jangan lupa sore nanti ada pertandingan indonesia  vs malaysia di rcti oke.
 Dari dua pertandingan yang telah berlangsung, Tim Garuda besutan Nil Maizar, telah mengantongi 4 poin yang merupakan hasil dari sekali imbang lawan Laos dan menang atas Singapura.
Di pertandingan pembuka menghadapi Laos, Minggu (25/11/12), Indonesia yang mengincar kemenangan, sempat tertinggal di menit ke-30 akibat eksekusi penalti Khampheng Sayavutthi. Namun, Rafael Maitimo berhasil membuat kedudukan imbang di menit ke-42, setelah tandukannya meluncur ke dalam gawang lawan.
Kelengahan barisan pertahanan Indonesia kembali harus dibayar dengan gol yang dicetak Keoviengphet Liththideth di menit ke-79. Beruntung bagi Tim Garuda karena berhasil lolos dari kekalahan setelah Vendry Mofu mencetak gol dan memaksakan hasil akhir imbang.
Di pertandingan kedua lawan Singapura, Tim Garuda mampu meredam gempuran para penggawa lini depan Tim Singa yang memiliki postur lebih besar dari rata-rata pemain Indonesia.
Klimaksnya, Andik Vermansyah yang baru dimainkan di babak kedua, berhasil membobol gawang yang dijaga Mohamad Izwan Bin Mahbud, lewat tendangan bebas dari jarak jauh, di menit ke-86.
Lesakan gol itu, rupanya menjadi satu-satunya yang tercipta di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, sekaligus memastikan kemenangan Indonesia.
Sementara itu, Malaysia yang tampil di kandang sendiri dengan dukungan suporternya yang gemar meneriakkan seruan seperti menggonggong, tak berdaya menghadapi Singapura di laga perdana, Minggu (25/11/12).
Tim besutan Rajagobal itu, menyerah dengan skor telak 0-3, menyusul gol yang dilesakkan oleh Shahril Ishak di menit ke-31 dan ke-37, serta aksi Aleksandar Duric di menit ke-74.
Baru pada pertandingan kedua melawan Laos, Rabu (28/11/12), mereka bisa memetik poin penuh, berkat 4 gol yang dilesakkan Safiq Rahim, Safee Sali, Wan Zack dan Khyril Muhymeen. Sementara Laos hanya bisa memperkecil skor lewat penyelesaian Khonesavanh.
Duel Indonesia vs Malaysia yang hasilnya bakal menentukan langkah kedua kesebelasan, sedianya ditayangkan secara langsung oleh RCTI, mulai pukul 19.45 WIB.
Read more ...

download film twilight breaking dawn free

bagi penggemar film twilight anda ingin mendownload filmnya tapi tidak tau dimana ? tenang disini ada filmnya!.memang sangat lah di tunggu-tumggu.Kabarnya pada Film ini akan lebih banyak adegan Hot nya, karena Berdasarkan pada resensi "Sinopsis" film Twilight Saga Breaking Dawn, Kristen Stewart dan Robert Pattinson melangsungkan pernikahan dan berbulan madu. Kemudian akhirnya Bella hamil, dan permasalah mulai berdatangan.Jadi untuk yang masih di bawah umur, di harap menonton dengan pengawasan orang tua masing-masing yah?





download film twilight saga breaking dawn




part 1
part 2


jika tidak ada subtitile nya silahkan download disini
Read more ...

misteri atlantis yang telah lama hilang Lengkap

Cerita ini diawali pada sekitar tahun 1470. Seorang anak laki-laki lahir dan diberi nama Piri Reis. Walaupun lokasi yang tepat dari kelahirannya tidak diketahui, namun diyakini bahwa Piri Reis lahir di suatu tempat di wilayah Kekaisaran Ottoman Turki. Pamannya, Kamal Reis, awalnya adalah seorang bajak laut, tapi kemudian diangkat sebagai Laksamana di laut Mediterania. Jabatan militer ini kemudian diambil alih oleh Piri Reis, setelah pamannya tersebut tewas tenggelam terkena badai samudra pada tahun 1511. Piri Reis yang memiliki kesungguhan belajar yang tinggi, membuatnya memahami secara mendalam ilmu Kartografi (ilmu membuat peta) dan Geografi. Tahun 1513, Piri Reis membuat buku pertamanya yang merupakan hadiah untuk Suleiman I, raja kerajaan Ottoman saat itu. Buku tersebut direvisi sekali dalam hidupnya dan sekali setelah kematiannya. Pada tahun 1555, Saat Piri Reis berusia 90 tahun dan hidup di Mesir, ia dihukum pancung karena tidak mendukung kebijakan penguasa Utsmaniyah saat berperang melawan Portugal. Beberapa Abad kemudian, tepatnya abad ke 19, Menteri Pendidikan Turki memperkerjakan Gustav Deissmann, seorang Teolog dari Jerman, untuk mengarsipkan semua barang-barang di Istana Topkapi, Istanbul, Turki. Saat itulah ditemukan sekelompok gulungan peta yang diyakini dibuat oleh Piri Reis. Pada tahun 1929, salah satu peta tersebut berhasil dibawa keluar (dicuri?) oleh Teolog tersebut. Gustav Deissmann menghubungi ahli sejarah orientalis, yang kemudian membenarkan bahwa peta tersebut sebagai bagian dari peta dunia yang dibuat oleh Piri Reis. misteri planet bumi | peta piri reis Peta Piri Reis tersebut dibuat menggunakan kulit kijang. Keakuratan peta yang dibuat Piri Reis sangat mengagumkan (mengingat teknologi saat itu yang belum memiliki satelit pengawas dan pemeta permukaan bumi). Sebagian peta tersebut menurut catatan Piri Reis disadur dari peta di perpustakaan kekaisaran Konstatinopel, termasuk peta kuno yang dibuat pada 300 SM. Hal lain yang menakjubkan tentang peta Piri Reis ini adalah catatan tulisan tangan pada peta yang begitu detail, seperti iklim, hewan-hewannya, serta suku-suku yang berdiam di suatu wilayah. Piri menyebutkan pada catatannya, warna dari jenis bulu burung, bagaimana bulu-bulunya digunakan oleh suku setempat, dan burung-burung yang dimakan oleh orang-orang di sana. Dalam catatannya pun, Piri Reis menyebutkan bahwa dunia tidak datar (padahal pada masa itu, masih memiliki pemahaman bahwa dunia itu datar). Petanya begitu sempurna dengan detail yang akurat tentang Pantai-pantai Afrika, Asia dan Mediterania. Hal yang misterius dari peta Piri Reis ini adalah tentang peta Antartika di pesisir Amerika Selatan. Penggambaran dan detail peta Antartika ini begitu sempurna, terlalu sempurna malah. Hal ini telah dibandingkan dengan peta Antartika saat ini, dan ditemukan keakuratan yang sama antara peta Antartika Piri Reis dan Peta Antartika Modern yang baru dibuat pada abad 20. Hal ini membuat para ilmuwan bertanya-tanya. Begitu detailnya gambaran peta antartika Piri Reis, seolah-olah pada era Piri Reis hidup dan membuat peta itu, tidak ada es sama sekali yang menutupi antartika! Piri Reis menggambarkan dan menuliskan catatan detail begitu akurat tentang kondisi tanah antartika, jenis tanah, mahluk yang hidup didalamnya. Padahal saat ini, permukaan antartika diselimuti oleh es yang tebalnya bisa mencapai 5 kilometer!!!! Ilmuwan bertanya-tanya, dari peta manakah ia memperoleh pengetahuan ini, atau dari siapakah dia mendapatkan pengetahuan menakjubkan ini? Mengingat teknologi saat itu tidak memungkinkan manusia mampu menggali es sedalam 5 km untuk mengetahui jenis tanahnya. Misteri peta Piri Reis lainnya adalah ternyata peta tersebut hanyalah sobekan dari peta yang lebih besar. Jadi, masih ada bagian lain dari peta tersebut di suatu tempat di muka bumi ini yang mungkin menyimpan catatan-catatan menakjubkan lain tentang misteri permukaan planet Bumi, misalnya mungkin lokasi dimana mahluk bernama Dajjal berada??? Lebih lengkap di: http://www.poztmo.com/2011/10/misteri-peta-rahasia-piri-reis.html Copyright by poztmo.com Terima kasih sudah menyebarluaskan artikel berkualitas ini
Cerita ini diawali pada sekitar tahun 1470. Seorang anak laki-laki lahir dan diberi nama Piri Reis. Walaupun lokasi yang tepat dari kelahirannya tidak diketahui, namun diyakini bahwa Piri Reis lahir di suatu tempat di wilayah Kekaisaran Ottoman Turki. Pamannya, Kamal Reis, awalnya adalah seorang bajak laut, tapi kemudian diangkat sebagai Laksamana di laut Mediterania. Jabatan militer ini kemudian diambil alih oleh Piri Reis, setelah pamannya tersebut tewas tenggelam terkena badai samudra pada tahun 1511. Piri Reis yang memiliki kesungguhan belajar yang tinggi, membuatnya memahami secara mendalam ilmu Kartografi (ilmu membuat peta) dan Geografi. Tahun 1513, Piri Reis membuat buku pertamanya yang merupakan hadiah untuk Suleiman I, raja kerajaan Ottoman saat itu. Buku tersebut direvisi sekali dalam hidupnya dan sekali setelah kematiannya. Pada tahun 1555, Saat Piri Reis berusia 90 tahun dan hidup di Mesir, ia dihukum pancung karena tidak mendukung kebijakan penguasa Utsmaniyah saat berperang melawan Portugal. Beberapa Abad kemudian, tepatnya abad ke 19, Menteri Pendidikan Turki memperkerjakan Gustav Deissmann, seorang Teolog dari Jerman, untuk mengarsipkan semua barang-barang di Istana Topkapi, Istanbul, Turki. Saat itulah ditemukan sekelompok gulungan peta yang diyakini dibuat oleh Piri Reis. Pada tahun 1929, salah satu peta tersebut berhasil dibawa keluar (dicuri?) oleh Teolog tersebut. Gustav Deissmann menghubungi ahli sejarah orientalis, yang kemudian membenarkan bahwa peta tersebut sebagai bagian dari peta dunia yang dibuat oleh Piri Reis. misteri planet bumi | peta piri reis Peta Piri Reis tersebut dibuat menggunakan kulit kijang. Keakuratan peta yang dibuat Piri Reis sangat mengagumkan (mengingat teknologi saat itu yang belum memiliki satelit pengawas dan pemeta permukaan bumi). Sebagian peta tersebut menurut catatan Piri Reis disadur dari peta di perpustakaan kekaisaran Konstatinopel, termasuk peta kuno yang dibuat pada 300 SM. Hal lain yang menakjubkan tentang peta Piri Reis ini adalah catatan tulisan tangan pada peta yang begitu detail, seperti iklim, hewan-hewannya, serta suku-suku yang berdiam di suatu wilayah. Piri menyebutkan pada catatannya, warna dari jenis bulu burung, bagaimana bulu-bulunya digunakan oleh suku setempat, dan burung-burung yang dimakan oleh orang-orang di sana. Dalam catatannya pun, Piri Reis menyebutkan bahwa dunia tidak datar (padahal pada masa itu, masih memiliki pemahaman bahwa dunia itu datar). Petanya begitu sempurna dengan detail yang akurat tentang Pantai-pantai Afrika, Asia dan Mediterania. Hal yang misterius dari peta Piri Reis ini adalah tentang peta Antartika di pesisir Amerika Selatan. Penggambaran dan detail peta Antartika ini begitu sempurna, terlalu sempurna malah. Hal ini telah dibandingkan dengan peta Antartika saat ini, dan ditemukan keakuratan yang sama antara peta Antartika Piri Reis dan Peta Antartika Modern yang baru dibuat pada abad 20. Hal ini membuat para ilmuwan bertanya-tanya. Begitu detailnya gambaran peta antartika Piri Reis, seolah-olah pada era Piri Reis hidup dan membuat peta itu, tidak ada es sama sekali yang menutupi antartika! Piri Reis menggambarkan dan menuliskan catatan detail begitu akurat tentang kondisi tanah antartika, jenis tanah, mahluk yang hidup didalamnya. Padahal saat ini, permukaan antartika diselimuti oleh es yang tebalnya bisa mencapai 5 kilometer!!!! Ilmuwan bertanya-tanya, dari peta manakah ia memperoleh pengetahuan ini, atau dari siapakah dia mendapatkan pengetahuan menakjubkan ini? Mengingat teknologi saat itu tidak memungkinkan manusia mampu menggali es sedalam 5 km untuk mengetahui jenis tanahnya. Misteri peta Piri Reis lainnya adalah ternyata peta tersebut hanyalah sobekan dari peta yang lebih besar. Jadi, masih ada bagian lain dari peta tersebut di suatu tempat di muka bumi ini yang mungkin menyimpan catatan-catatan menakjubkan lain tentang misteri permukaan planet Bumi, misalnya mungkin lokasi dimana mahluk bernama Dajjal berada??? Lebih lengkap di: http://www.poztmo.com/2011/10/misteri-peta-rahasia-piri-reis.html Copyright by poztmo.com Terima kasih sudah menyebarluaskan artikel berkualitas ini
Cerita ini diawali pada sekitar tahun 1470. Seorang anak laki-laki lahir dan diberi nama Piri Reis. Walaupun lokasi yang tepat dari kelahirannya tidak diketahui, namun diyakini bahwa Piri Reis lahir di suatu tempat di wilayah Kekaisaran Ottoman Turki. Pamannya, Kamal Reis, awalnya adalah seorang bajak laut, tapi kemudian diangkat sebagai Laksamana di laut Mediterania. Jabatan militer ini kemudian diambil alih oleh Piri Reis, setelah pamannya tersebut tewas tenggelam terkena badai samudra pada tahun 1511. Piri Reis yang memiliki kesungguhan belajar yang tinggi, membuatnya memahami secara mendalam ilmu Kartografi (ilmu membuat peta) dan Geografi. Tahun 1513, Piri Reis membuat buku pertamanya yang merupakan hadiah untuk Suleiman I, raja kerajaan Ottoman saat itu. Buku tersebut direvisi sekali dalam hidupnya dan sekali setelah kematiannya. Pada tahun 1555, Saat Piri Reis berusia 90 tahun dan hidup di Mesir, ia dihukum pancung karena tidak mendukung kebijakan penguasa Utsmaniyah saat berperang melawan Portugal. Beberapa Abad kemudian, tepatnya abad ke 19, Menteri Pendidikan Turki memperkerjakan Gustav Deissmann, seorang Teolog dari Jerman, untuk mengarsipkan semua barang-barang di Istana Topkapi, Istanbul, Turki. Saat itulah ditemukan sekelompok gulungan peta yang diyakini dibuat oleh Piri Reis. Pada tahun 1929, salah satu peta tersebut berhasil dibawa keluar (dicuri?) oleh Teolog tersebut. Gustav Deissmann menghubungi ahli sejarah orientalis, yang kemudian membenarkan bahwa peta tersebut sebagai bagian dari peta dunia yang dibuat oleh Piri Reis. misteri planet bumi | peta piri reis Peta Piri Reis tersebut dibuat menggunakan kulit kijang. Keakuratan peta yang dibuat Piri Reis sangat mengagumkan (mengingat teknologi saat itu yang belum memiliki satelit pengawas dan pemeta permukaan bumi). Sebagian peta tersebut menurut catatan Piri Reis disadur dari peta di perpustakaan kekaisaran Konstatinopel, termasuk peta kuno yang dibuat pada 300 SM. Hal lain yang menakjubkan tentang peta Piri Reis ini adalah catatan tulisan tangan pada peta yang begitu detail, seperti iklim, hewan-hewannya, serta suku-suku yang berdiam di suatu wilayah. Piri menyebutkan pada catatannya, warna dari jenis bulu burung, bagaimana bulu-bulunya digunakan oleh suku setempat, dan burung-burung yang dimakan oleh orang-orang di sana. Dalam catatannya pun, Piri Reis menyebutkan bahwa dunia tidak datar (padahal pada masa itu, masih memiliki pemahaman bahwa dunia itu datar). Petanya begitu sempurna dengan detail yang akurat tentang Pantai-pantai Afrika, Asia dan Mediterania. Hal yang misterius dari peta Piri Reis ini adalah tentang peta Antartika di pesisir Amerika Selatan. Penggambaran dan detail peta Antartika ini begitu sempurna, terlalu sempurna malah. Hal ini telah dibandingkan dengan peta Antartika saat ini, dan ditemukan keakuratan yang sama antara peta Antartika Piri Reis dan Peta Antartika Modern yang baru dibuat pada abad 20. Hal ini membuat para ilmuwan bertanya-tanya. Begitu detailnya gambaran peta antartika Piri Reis, seolah-olah pada era Piri Reis hidup dan membuat peta itu, tidak ada es sama sekali yang menutupi antartika! Piri Reis menggambarkan dan menuliskan catatan detail begitu akurat tentang kondisi tanah antartika, jenis tanah, mahluk yang hidup didalamnya. Padahal saat ini, permukaan antartika diselimuti oleh es yang tebalnya bisa mencapai 5 kilometer!!!! Ilmuwan bertanya-tanya, dari peta manakah ia memperoleh pengetahuan ini, atau dari siapakah dia mendapatkan pengetahuan menakjubkan ini? Mengingat teknologi saat itu tidak memungkinkan manusia mampu menggali es sedalam 5 km untuk mengetahui jenis tanahnya. Misteri peta Piri Reis lainnya adalah ternyata peta tersebut hanyalah sobekan dari peta yang lebih besar. Jadi, masih ada bagian lain dari peta tersebut di suatu tempat di muka bumi ini yang mungkin menyimpan catatan-catatan menakjubkan lain tentang misteri permukaan planet Bumi, misalnya mungkin lokasi dimana mahluk bernama Dajjal berada??? Lebih lengkap di: http://www.poztmo.com/2011/10/misteri-peta-rahasia-piri-reis.html Copyright by poztmo.com Terima kasih sudah menyebarluaskan artikel berkualitas ini
ini adalah misteri tentang benua atlatis yang telah lama hilang ini dia infonya

Mitos tentang benua Atlantis memang sangat menarik sekali terutama bagi para penjelajah dan peneliti (ilmuwan) ataupun para pakar dari berbagai bidang. Misteri peradaban Atlantis bermula dari seorang filsafat Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus. Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara. Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya.
Atlantis umumnya dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli, mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun 415-413 SM.
Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh. Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.
Atlantis - Sejarah Benua Atlantis
Masyarakat sering membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak mempercayainya dan kadang-kadang menjadikannya bahan lelucon. Kisah Atlantis kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita mengenai Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya penulis zaman Renaissance, seperti “New Atlantis” karya Francis Bacon. Atlantis juga memengaruhi literatur modern, dari fiksi ilmiah hingga buku komik dan film. Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju (dan hilang).
Dalam 2 buku karya Plato, Timaeus dan Critias, disebutkan tentang keberadaan Benua Ajaib ini. Dalam buku-buku tersebut Plato menyebutkan bahwa Atlantis terhampar “di seberang pilar-pilar Herkules, dan memiliki angkatan laut yang sangat kuat.”
Timaeus dimulai dengan pembukaan, diikuti dengan catatan pembuatan dan struktur alam semesta dan peradaban kuno. Dalam bagian pembukaan, Socrates merenungkan mengenai komunitas yang sempurna, yang dideskripsikan dalam Republic karya Plato, dan berpikir apakah ia dan tamunya dapat mengingat sebuah cerita yang mencontohkan peradaban seperti itu.
Dikutip dari buku Timaeus :” Di hadapan Selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan, Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.”



Critias menyebut kisah yang diduga sejarah yang akan memberikan contoh sempurna, dan diikuti dengan deskripsi Atlantis. Dalam catatannya, Athena kuno mewakili “komunitas sempurna” dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna sangat antitesis yang dideskripsikan dalam Republic. Critias mengklaim bahwa catatannya mengenai Athena kuno dan Atlantis berhaluan dari kunjungan ke Mesir oleh penyair Athena, Solon pada abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais, yang menerjemahkan sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di heroglif Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch, Solon bertemu dengan “Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling dipelajari dari semua pendeta” (Kehidupan Solon). Karena jarak 500 tahun lebih antara Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih, dan karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, identifikasi ini dipertanyakan.
Menurut Critias, dewa Helenik membagi wilayah sehingga tiap dewa dapat memiliki; Poseidon mewarisi wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuno dan Asia Kecil yang disatukan, tetapi akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyebrang samudra. Bangsa Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700 kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang pantai, dan melinkungi padang rumput berbentuk bujur di selatan “terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600 km), tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).
Poseidon
Wanita asli Atlantis bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe) tinggal disini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis muda itu dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon membagi pulau menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anak. Anak tertua, Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra disekitarnya (disebut Samudra Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama “Atlantis” juga berasal dari namanya, yang berarti “Pulau Atlas”.
Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau kuningan).
Menurut Critias, 9.000 tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang berada di luar Pilar-pilar Herkules (umumnya diduga Selat Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa Atlantis menaklukan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai sejauh Tirenia, dan menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin aliansi melawan kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan kekaisaran Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun, nantinya, muncul gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya dalam satu hari satu malam, pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.
Para dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.
Garis besar kisah pada buku tersebut bahwa Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.
1Benua Atlantis yang digambarkan oleh Plato adalah suatu dunia tropis, yang punya banyak hutan, sungai, dan pohon buah-buahan. Teori Plato menerangkan bahwa kemudian Atlantis hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Sumeru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera. kemudian letusan yang paling dahsyat adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka Atlantis adalah merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu menjadikannya bangsa yang besar dan sangat makmur. Tetapi apakah itu hanya sebuah cerita untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau memang Plato mempunyai bukti-bukti yang kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar pernah ada di bumi ini??
Menurut perhitungan versi Plato tenggelamnya Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun silam. Plato mengatakan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis ia juga menekankan bahwa hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benarnyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.
Inilah beberapa pendapat peneliti serta hasil penelitian dari para ahli tentang benua atlantis yang hilang.
Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias, yang ditulis pada tahun 360 SM, berisi referensi pertama Atlantis. Plato tidak pernah menyelesaikan Critias karena alasan yang tidak diketahui; namun, ahli yang bernama Benjamin Jowett, dan beberapa ahli lain, berpendapat bahwa Plato awalnya merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates. John V. Luce mengasumsikan bahwa Plato — setelah mendeskripsikan asal usul dunia dan manusia dalam Timaeus, dan juga komunitas sempurna Athena kuno dan keberhasilannya dalam mempertahankan diri dari serangan Atlantis dalam Critias — akan membahas strategi peradaban Helenik selama konflik mereka dengan bangsa barbar sebagai subyek diskusi dalam Hermocrates.
Empat tokoh yang muncul dalam kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan juga filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara mengenai Atlantis. Walaupun semua tokoh tersebut merupakan tokoh bersejarah, catatan tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato. Dalam karya tertulisnya, Plato menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan posisi yang saling berlawanan dalam hubungan prakiraan.
Selain dari buku-buku Plato, tidak ada catatan khusus mengenai benua Atlantis ini, yang membuat sebagian besar orang menganggap kisah Atlantis adalah kisah Fiksi atau mitos belaka. Namun ada beberapa catatan yang bisa disebutkan menyangkut tentang Atlantis. Diantaranya tulisan Proclus, salah satu sejarahwan kuno Yunani tentang kepergian Crantor (murid dari murid Plato, Xenocrates), berkelana ke Mesir dan menemukan prasasti berisikan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif.
Selain Timaeus dan Critias, tidak terdapat catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.
Banyak filsuf kuno menganggap Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles. Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan keberadaan Atlantis.[5] Filsuf Crantor, murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis. Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno lainnya, Proclus, melaporkan bahwa Crantor berkelana ke Mesir dan menemukan kolom dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif.  Plato tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat “diambil untuk diberikan”.
Bagian lain dari komentar abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi geografi Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di laut tersebut pada saat itu, tanah suci untuk Persephone, dan juga tiga lainnya dengan besar yang sangat besar, salah satunya tanah suci untuk Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir di antaranya untuk Poseidon, dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka menambah—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut Atlantik dan suci untuk Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus dalam Aethiopica“.  Marcellus masih belum diidentifikasi.
Sejarawan dan filsuf kuno lainnya yang mempercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.
Catatan Plato mengenai Atlantis juga telah menginspirasi beberapa imitasi parodik: hanya beberapa dekade setelah Timaeus dan Critias, sejarawan Theopompus dari Chios menulis mengenai wilayah yang disebut Meropis. Deskripsi wilayah ini ada pada Buku 8 Philippica, yang berisi dialog antara Raja Midas dan Silenus, teman dari Dionysus. Silenus mendeskripsikan Bangsa Meropid, ras manusia yang tumbuh dua kali dari ukuran tubuh biasa, dan menghuni dua kota di pulau Meropis (Cos?): Eusebes (Εὐσεβής, “kota Pious”) dan Machimos (Μάχιμος, “kota-Pertempuran”). Ia juga melaporkan bahwa angkatan bersenjata sebanyak sepuluh juta tentara menyebrangi samudra untuk menaklukan Hyperborea, tetapi meninggalkan proposal ini ketika mereka menyadari bahwa bangsa Hyperborea adalah bangsa terberuntung di dunia. Heinz-Günther Nesselrath menyatakan bahwa cerita Silenus merupakan jiplakan dari kisah Atlantis, untuk alasan membongkar ide Plato untuk mengejek.[10]
Zoticus, seorang filsuf Neoplatonis pada abad ke-3, menulis puisi berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis.
Sejarawan abad ke-4, Ammianus Marcellinus, berdasarkan karya Timagenes (sejarawan abad ke-1 SM) yang hilang, menulis bahwa Druid dari Galia mengatakan bahwa sebagian penduduk Galia bermigrasi dari kepulauan yang jauh. Catatan Ammianus dianggap oleh sebagian orang sebagai klaim bahwa ketika Atlantis tenggelam, penduduknya mengungsi ke Eropa Barat; tetapi Ammianus mengatakan bahwa “Drasidae (Druid) menyebut kembali bahwa sebagian dari penduduk merupakan penduduk asli, tetapi lainnya juga bermigrasi dari kepulauan dan wilayah melewati Rhine” (Res Gestae 15.9), tanda bahwa imigran datang ke Galia dari utara dan timur, tidak dari Samudra Atlantik.
Risalah Ibrani mengenai perhitungan astronomi pada tahun 1378/79, yang merupakan parafrase karya Islam awal yang tidak diketahui,

menyinggung mitologi Atlantis dalam diskusi mengenai penentuan titik nol kalkulasi garis bujur.
Di awal peradaban moderen, kisah Atlantis itu dihidupkan kembali oleh para penulis aliran humanis di era Renaissance Eropa. Salah satunya Francis Bacon, yang menerbitkan esei berjudul “New Atlantis” pada 1627.
Novel Francis Bacon tahun 1627, The New Atlantis (Atlantis Baru), mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di pantai barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan sejarah Atlantis yang mirip dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon menyebut Amerika Utara atau Amerika Selatan .
Novel Isaac Newton tahun 1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi Kerajaan Kuno Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan Atlantis. Meski tak menyinggung khusus Atlantis, Newton memaparkan peristiwa bersejarah di sejumlah tempat, yang punya masa gemilang mirip Atlantis versi Plato. Misalnya,  kejayaan Abad Yunani Kuno, Kekaisaran Mesir, Asuriah, Babilonia, Kuil Salomo, dan Kerajaan Persia.
Catatan lebih modern datang pada abad ke-19, dimana beberapa sarjana Amerika, dimulai dari Charles Etienne Brasseur de Bourbourg, Edward Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon, menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban Maya dan Aztek.
Pada tahun 1882, Ignatius L. Donnelly mempublikasikan Atlantis: the Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak orang terhadap Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan serius dan menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang diketahui berasal dari kebudayaan Neolitik tingginya.
Ignatius L. Donnelly
Peta menunjukan wilayah kekuasaan Kekaisaran Atlantis. Peta dibuat oleh Ignatius L. Donnelly.
Selama akhir abad ke-19, gagasan mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita “benua hilang” lainnya, seperti Mu dan Lemuria. Helena Blavatsky, “Nenek Pergerakan Era Baru”, menulis dalam The Secret Doctrine (Doktrin Rahasia) bahwa bangsa Atlantis adalah pahlawan budaya (kontras dengan Plato yang mendeskripsikan mereka sebagai masalah militer), dan “Akar Ras” ke-4, yang diteruskan oleh “Ras Arya“. Rudolf Steiner menulis evolusi budaya Mu atau Atlantis. Edgar Cayce pertama kali menyebut Atlantis tahun 1923dan nantinya menjelaskan bahwa lokasi Atlantis berada di Karibia dan menyatakan bahwa Atlantis adalah peradaban kuno yang jaya, memiliki kapal dan pesawat tempur yang menggunakan energi dalam bentuk kristal energi misterius, dan telah tenggelam. Ia juga memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik ke permukaan tahun 1968 atau 1969. Jalan Bimini, yang ditemukan oleh Dr.J Manson Valentine, merupakan formasi batu tenggelam yang terlihat seperti jalan di sebelah utara Kepulauan Bimini Utara. Jalan ini ditemukan pada tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti peradaban yang hilang dan kini masih diteliti.
Telah diklaim bahwa sebelum era Eratosthenes tahun 250 SM, penulis Yunani menyatakan bahwa lokasi Pilar-pilar Herkules berada di Selat Sisilia, namun tidak terdapat bukti yang cukup untuk membuktikan hal tersebut. Menurut Herodotus (circa 430 SM), ekspedisi Finisi telah berlayar mengitari Afrika atas perintah firaun Necho, berlayar ke selatan Laut Merah dan Samudera Hindia dan bagian utara di Atlantik, memasuki kembali Laut Tengah melalui Pilar Hercules. Deskripsinya di Afrika barat laut menjelaskan bahwa ia melokasikan Pilar Hercules dengan tepat di tempat pilar Hercules berada saat ini. Kepercayaan bahwa pilar Hercules yang telah diletakan di Selat Sisilia menurut Eratosthenes, telah dikutip dalam beberapa teori Atlantis.

Peta menunjukan wilayah kekuasaan Kekaisaran Atlantis. Peta dibuat oleh Ignatius L. Donnelly.
Seperti yang dimuat dalam web Bibliotecapleyades; pada awal 1883 Ignatius Donnelly menyatakan bahwa ditengah-tengah samudera Atlantik merupakan sisa-sisa peradaban kuno Benua Atlantis. Tapi ahli geologi yang paling modern dan ahli kelautan mempertimbangkan bahwa hal ini sangat jauh dari teori peninggalan benua Atlantis yang tenggelam di bawah laut. Pegunungan (daratan) terangkat ke atas dari dasar laut yang mungkin disebabkan aktivitas gunung berapi. Salah satu teori menyebutkan bahwa benua Atlantis renggang menghasilkan garis patahan besar, merupakan pusat gempa dan menghasilkan garis patahan besar yang juga merupakan pusat gempa dan aktivitas vulkanik. Beberapa pusat lahar panas di bumi telah keluar (meletus) melalui celah ini dan membangun daratan.
Sejak Donnelly, terdapat lusinan – bahkan ratusan – usulan lokasi Atlantis. Beberapa hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah Atlantis yang sesungguhnya.
Lokasi yang diusulkan kebanyakan berada di sekitar Laut Tengah. Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar pada abad ke-17 atau ke-16 SM menyebabkan tsunami besar yang diduga para ahli menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan kepercayaan bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang menghancurkan Atlantis.  Terdapat wilayah di Laut Hitam yang diusulkan sebagai lokasi Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat legendaris di dekat Trabzon). Sekitar Laut Azov diusulkan sebagai lokasi lainnya tahun 2003.  A. G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala waktu telah berubah akibat kesalahan penerjemahan, kemungkinan kesalahan penerjemahan bahasa Mesir ke Yunani; kesalahan yang sama akan mengurangi besar Kerajaan Atlantis Plato menjadi sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota dengan ukuran kawah Thera. 900 tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15 SM.
Beberapa hipotesis menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara, termasuk Swedia (oleh Olof Rudbeck di Atland, 1672–1702), atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai lokasi.  Kepulauan Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.
Antarktika, Indonesia, dibawah Segitiga Bermuda,  dan Laut Karibia telah diusulkan sebagai lokasi Atlantis. Kisah benua “Kumari Kandam” yang hilang di India telah menginspirasi beberapa orang untuk menggambarkannya secara paralel dengan Atlantis. Menurut Ignatius L. Donnelly dalam bukunya, Atlantis: The Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan (tempat tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia mengklaim bahwa suku Aztek menunjuk ke timur Karibia sebagai bekas lokasi Aztlan.
Beberapa sejarahwan modern yang mempercayai keberadaan Atlantis menyebutkan bahwa Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus (di provinsi Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan bisa menjadi indikator keberadaan Atlantis. Letusan besar Gunung Thera pada abad ke-17 atau ke-16 SM telah menimbulkan tsunami sangat besar yang diduga para ahli telah menghancurkan peradaban Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan kepercayaan bahwa bencana ini mungkin juga merupakan bencana yang menghancurkan Atlantis disaat yang bersamaan.
Konsep Atlantis menarik perhatian teoris Nazi. Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisir pencarian di Tibet untuk menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt Against the Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch) Hyperborea—Nordik yang berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred Rosenberg (The Myth of the Twentieth Century, 1930) juga berbicara mengenai kepala ras “Nordik-Atlantis” atau “Arya-Nordik”. Soalnya, ada cerita Atlantis itu dibangun bangsa Arya, nenek moyang orang-orang Jerman. Misi itu gagal. Keyakinan Nazi itu belakangan diragukan sejumlah ilmuwan.
Sample dari dasar laut yang diambil dari samudera Atlantik pada tahun 1957 merupakan tanaman yang hidup dengan air tawar (kedalaman dua mil). Dan salah satu lembah yang dalam dikenal sebagai Romanche, telah ditemukan pasir yang tampaknya terbentuk karena pelapukan.

Di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca dan tembus pandang hingga ke dasar laut. Di dasar laut terlihat oleh beberapa penyelam ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?
Setelah sampel “jalan batu” dan dilakukan penelitian laboratorium serta dianalisa, hasilnya menunjukkan  bahwa jalan batu ini umurnya belum mencapai 10.000 tahun. Jika jalan ini dibuat oleh bangsa kerajaan Atlantis, setidak-tidaknya tidak kurang dari 10.000 tahun. Mengenai foto yang ditunjukkan kedua kelasi Norwegia itu, hingga kini pun tidak dapat membuktikan apa-apa.
Tahun 1969, ekspedisi penelitian Duke University mengeruk (menggali) 50 situs di sepanjang dataran bawah air yang membentuk jalan dari Venezuela ke Kepulauan Virgin, dan terbuat dari batuan granit.
Dr.Bruce Heezen dari Observatorium Lamont Geologi mengatakan bahwa ahli geologi umumnya percaya bahwa granit (bebatuan Atlantik) dan kerak bumi di bawah laut terdiri dari batu basal berwarna gelap. Terjadinya cahaya bebatuan granit berwarna mungkin mendukung teori lama bahwa benua Atlantis dulunya pernah ada di wilayah Karibia timur dan batuan ini mungkin merupakan inti dari sebuah benua yang hilang.
Dengan teori continental drift secara luas diterima selama tahun 1960-an, kebanyakan teori “Benua Hilang” Atlantis mulai menyusut popularitasnya. Beberapa teoris terkini mengusulkan bahwa elemen cerita Plato berasal dari mitologi awal.
Awal tahun ’70-an, sekelompok peneliti telah tiba di sekitar kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?
Laporan ini juga menyatakan bahwa pada tahun 1971 dua peneliti dari University Of Miami mengambil beberapa fragmen batu kapur diperairan dangkal daerah benua Atlantis. Mineral dalam batu kapur menunjukkan bahwa batu itu berasal dari sumber granit terdekat yang tidak mungkin terjadi di dasar laut. Analisis yang lebih lengkap diperoleh dari sampel mengungkapkan bahwa batu gamping termasuk jejak fosil di perairan dangkal.
Para peneliti percaya bahwa batu kapur berasal dari era Mesozoikum (antara 70 dan 220 juta tahun lalu) dan membentuk topi (cekungan) di blok benua yang hilang, sisa-sisa Atlantis menyebar ke samudra. Mineral granit bisa berasal dari perbatasan benua sementara laut terus bergerak. Gerakan vertikal yang dibuat blok seperti mengangkatnya keatas permukaan laut di beberapa periode selama sejarah itu. Ada benua yang hilang di samudera Atlantik, tapi sepertinya bukan peradaban benua Atlantis. Benua itu menghilang sekian lama sebelum manusia muncul di bumi. Kebanyakan ilmuwan tetap yakin bahwa tidak ada kemungkinan untuk menemukan peradaban benua Atlantis seperti yang digambarkan Plato.
Komentar L.Sprague De Camp tentang benua yang hilang; hampir semua daratan (pegunungan) kecuali wilayah Azores kecil yang berada di bawah 2 atau 3 mil air, tak ada cara mendapatkan sebuah pulau besar seperti 10.000 tahun yang lalu agar sesuai dengan ucapan Plato tentang tenggelamnya peradaban benua Atlantis.
Beberapa pengamat Atlantis telah menyatakan bahwa daratan Atlantis pecah menjadi dua bagian, dan jarak tenggelam antara keduanya cukup lama. Mungkin Plato adalah sisa-sisa dari benua Atlantis dan juga ahli kelautan yang sekarang tampaknya telah terdeteksi di samudera Atlantik. Dan mungkin saja benua Atlantis tidak tenggelam hingga masa yang sangat jauh. Jika benua Atlantis memang ada di samudera Atlantik, di atas garis patahan besar yang membentang antara benua ini, tentu telah dihancurkan oleh gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini dibangun oleh orang-orang Atlantis?
Headline
Foto peninggalan bangunan kuno di dasar laut yang diambil tim ekspedisi Rusia, juga tidak dapat membuktikan di sana adalah bekas tempat kerajaan Atlantis.
British Journal New Scientist 5 Juni 1975 pernah memberitakan bahwa meskipun mereka (peneliti) tidak membuat klaim fantastis tentang penemuan bagian tengah daratan Atlantik, sebuah kelompok ahli kelautan telah meyakinkan dan mengkonfirmasi temuan awal blok cekung dari benua Atlantis yang hilang, terletak di tengah Samudra Atlantik. Penemuan ini berasal dari alisis sampel yang ada di sepanjang garis Vema, zona patahan timur-barat yang terletak di antara Afrika dan Amerika Selatan.
Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda. Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?

Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil,bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan: “Mutlak percaya, yang kami temukan adalah Benua Atlantik! Sama persis seperti yang dilukiskan Plato!” Benarkah itu?
Yang disayangkan, piramida dasar laut segitiga Bermuda, berhasil diselidiki dari atas permukaan laut dengan menggunakan instrumen canggih, hingga kini belum ada seorang pun ilmuwan dapat memastikan apakah sebuah bangunan yang benar-benar dibangun oleh tenaga manusia, sebab mungkin saja sebuah puncak gunung bawah air yang berbentuk limas.
Konotasi Atlantis tidak harus mengacu kepada Samudera Atlantik. Tetapi berdasarkan lingkungan kesejarahan dan geografis, para ahli akhirnya berkonsentrasi mencari Atlantis di sekitar Laut Tengah, antara Libia dan Turki yang dikenal sebagai Asia pada waktu itu. Sebelum seorang Profesor yang bernama Santos berargumen bahwa Atlantis adalah Sundaland (Indonesia), pendapat yang paling banyak diterima adalah bahwa negeri itu ada di tengah-tengah Samudera Atlantis sendiri, yaitu di Kepulauan Azores milik Portugal yang berada 1.500 km sebelah barat pantai Portugal. Namun tidak ada bukti arkeologis yang mengukuhkan pendapat ini.
Pernah sekitar thn 2003,  acara di Metro TV yang judulnya Ultimate 10, pada saat itu membahas 10 Tempat Paling Misterius di Dunia, dan ternyata Atlantis duduk pada urutan pertama diatas Misteri Segitiga Bermuda dan Danau Loch.  Atlantis memang Tempat Misterius nomor satu yang membuat orang-orang di dunia penasaran setengah mati. Pada saat penayangan Atlantis, diputar sebuah film dokumenter mengenai pelacakan benua yang hilang tersebut oleh para tim arkeolog. Dan benar, dari apa yang kita saksikan di dasar laut perairan dangkal Karibia ditemukan semacam jalan setapak yang sangat panjang dengan struktur yang sangat modern. Selain itu, diperairan tsb juga ditemukan semacam bekas-bekas bangunan yang telah hanc. benarkah benua Atlantis itu pernah ada sebelumnya?
Hingga pada akhir th 2005, Prof. Arysio Santos yang menerbitkan buku yang menggemparkan : “Atlantis the Lost Continents Finally Found”.
Profesor Santos sendiri melakukan penelitian selama 30 tahun tentang peradaban benua Atlantis.

Didalam buku tersebut, secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia. Beliau menunjukkan perbandingan yang menunjukkan Indonesia adalah lokasi Atlantis yang hilang dibandingkan lokasi-lokasi perkiraan sebelumnya.
Santos menampilkan 33 perbandingan ciri-ciri dari 12 lokasi di muka bumi yang diduga para sarjana lain sebagai situs Atlantis, seperti luas wilayahnya, cuacanya, kekayaan alamnya, gunung berapinya, dan cara bertaninya, dll. yang akhirnya Santos menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia sekarang. Salah satu buktinya adalah sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Dalam buku ini beliau membandingkan berdasarkan : Sistem irigasi, Keberadaan mammoth/gajah, Ukuran benua, Iklim Tropis, Keberadaan Kelapa dan Nanas, Konstruksi Megalitikum, Kekayaan tambang dan lain-lain (Atlantis Checklist)

Aryso Santos juga menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis dalam penelitiannya. Dia banyak mendapatkan petunjuk dari reflief-relief dari bangunan-bangunan dan artefak bersejarah dan piramida di Mesir,  kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec di Amerika Selatan, candi-candi dan artefak-artefak bersejarah peninggalan peradaban Hindu di lembah sungai Hindustan (Peradaban Mohenjodaro dan Harrapa). Juga dia mengumpulkan petunjuk-petunjuk dari naskah-naskah kuno, kitab-kita suci berbagai agama seperti the Bible dan kitab suci Hindu  Rig VedaPuranas, dll.
Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology.
Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga. Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Para dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu. Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil it berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas” Artinya, “Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran”.  Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
cracatoakarakatau-mletus
Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.
Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun SM, secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat. Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.
Sebelum zaman es berakhir 30.000 sampai 11.000 tahun  lalu, di Indonesia terdapat daratan besar. Saat itu permukaan laut 150 meter lebih rendah dari yang ada saat ini. Di lokasi itulah tempat adanya peradaban. Sementara, sisa bumi dari Asia Utara, Eropa, dan Amerika Utara masih diselimuti es.
Pulau-pulau yang tersebar di Indonesia dianggap sebagai puncak gunung, dan dataran tinggi dari suatu benua yang tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, dan amblesnya dataran rendah di akhir Masa Es Pleistocene. Itu terjadi sekitar 11.600 tahun lampau. “Itu adalah rentang waktu sama dengan dipaparkan Plato dalam dialog ciptaannya saat menyinggung Atlantis,” tulis Santos pada bagian pendahuluan di bukunya.
Berbeda dengan keyakinan para peneliti sebelum atau pada generasi Santos, dia pun optimistis bahwa Indonesia, yang disebut sebagai bekas peninggalan Atlantis, menjadi cikal bakal lahirnya sejumlah peradaban kuno.
Para penghuni wilayah yang selamat dari naiknya permukaan air laut dan letusan gunung berapi akhirnya berpencar mencari tempat-tempat. Mereka “pindah ke wilayah-wilayah yang kini disebut India, Asia Tenggara, China, Polynesia, Amerika, dan Timur Dekat,” tulis Santos.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia .

Sulawesi, Maluku dan Irian masih menyatu dengan benua Australia dan terpisah dengan Sumatera dan lain-lain itu. Kedua kelompok pulau ini dipisahkan oleh sebuah selat yang mengikuti garis ‘Wallace’.
Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’. Hingga terjadinya letusan gunung berapi secara berurutan, yang menyebabkan melelehnya lapisan es dan menimbulkan gempa dan tsunami yang menenggelamkan dataran rendah.
Video wawancara Santos di laman YouTube, menampilkan dia tak ragu bahwa Atlantis benar-benar ada, dan bukan sekedar mitos. Santos menjelaskan mengapa selama ini para ilmuwan gagal menemukan Atlantis, dan ragu akan keberadaan kota yang hilang itu. “Karena mereka mencarinya di tempat yang salah. Mereka mencarinya di Laut Atlantis,” kata dia dalam wawancara di YouTube, seperti dimuat laman Hubpages.
Anggapan Atlantis berada di Samudera Atlantis, memang logis. Namun, itu bukan lokasi yang tepat. “Atlantis berada di Lautan Hindia [Indonesia], di belahan lain bumi,” kata dia. Di belahan bumi timur itulah, peradaban bermula. Namun, kata dia, Samudera Hindia atau Laut China Selatan sebagai lokasi Atlantis hanya batasan. “Lebih pastinya di Indonesia,” lanjut Santos.
Menurut penelitian Aryso Santos, para pendeta (rohaniwan) Mesir kuno ini, mewarisi informasi tentang Atlantis ini dari para leluhurnya yang berasal dari Hindustan (India yang merupakan peradaban Atlantis ke-2) dari peradaban bangsa Atlantis pertama di Sunda Land (Lemuria) atau Nusantara.  Aryso Santos juga menemukan banyak informasi-informasi yang mengarahkan kesimpulannya dari artefak-artefak dan situs bersejarah di Mesir.
Aryso Santos juga menemukan bahwa cerita tentang Atlantis terkait dengan kisah para “dewa’ dalam mitologi Yunani dan perikedupan manusia pertama, keluarganya dan masyarakat keturunannya,. Cerita ini ada kemiripan dengan kisah Zeus dalam mitology dan legenda Yunani,  juga dengan kisah dalam kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas, dll.
Benarkah hypothesis itu?? Dengan kecanggihan teknologi saat ini, yang memungkinkan pencarian di kedalaman laut, kebenaran seluruh hypothesis yang pernah ada tentang Atlantis mungkin akan segera terungkap..

Citra satelit Kaldera Santorini dari udara.Tempat ini merupakan salah satu dari banyak tempat yang diduga sebagai lokasi Atlantis.
Para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis adalah Indonesia. Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.
Pernyataannya ini diungkapkan setelah melakukan penelitian panjang terhadap berbagai aspek yang menunjukkan tanda-tanda keberadaan Benua Atlantis.
Stephen Oppenheimer, dalam buku “Eden in The East: The Drowned Continent of Southeast Asia” (1998). Dia menulis suatu benua yang tenggelam akibat banjir bandang, dan naiknya permukaan air laut sekitar 7.000 hingga 14.000 tahun yang lampau.
Wilayah yang tenggelam itu berada di wilayah yang kini disebut sebagai Asia Tenggara. Oppenheimer menyebut benua tenggelam itu sebagai Sundaland. Para penghuni yang selamat saat itu lalu menyebar ke berbagai tempat hingga ke Eropa, membawa budaya dan pola hidup mereka. Itu sebabnya Oppenheimer berasumsi asal-usul ras Euroasia di Eropa bisa ditelusuri di Asia.
Oppenheimer pun yakin bahwa para penghuni Sundaland saat itu punya peradaban maju dari wilayah-wilayah lain. “Mereka sudah mengembangkan pola menyambung hidup, dari sekadar berburu binatang menjadi bertani, berkebun, mencari ikan, bahkan perdagangan melintas laut. Semua itu sudah dilakukan sebelum 5.000 tahun yang lampau,” demikian penggalan asumsi dari Oppenheimer.
Sejarah selama ini mencatat induk peradaban manusia modern berasal dari Mesir, Mediterania dan Mesopotamia. Tetapi, menurut dia, nenek moyang dari induk peradaban manusia modern berasal dari tanah Melayu yang sering disebut Sundaland, atau Indonesia.
Ahli genetika dan DNA manusia asal Universitas Oxford ini meneliti sistem pertanian Indonesia dan sejumlah negara tetangga. Selain itu juga meneliti garis-garis kepulauan Indonesia dan beberapa negara tetangga.
“Poin saya adalah, tanpa pertanian, domestikasi dan tanaman tumbuh dan hewan, Anda tidak akan bisa mencukupi kebutuhan hidup banyak orang,” kata Oppenheimer.
Oppenheimer menjelaskan, ciri-ciri peradaban di Benua Atlantis adalah sistem pertanian dan peternakan yang baik untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara berkelompok.
“Kota ini tergantung pada petani, Indonesia memiliki banyak petani. Anda perlu banyak petani untuk memberi makan orang-orang di kota untuk membangun monumen besar, dasar peradaban di ladang, peternakan. Buku saya benar-benar adalah tentang bukti awal domestikasi atau akar peradaban, ketimbang monumen,” kata Oppenheimer.
Dalam bukunya, Oppenheimer juga menuliskan bahwa kepulauan di Indonesia dengan beberapa pulau negara-negara tetangga awalnya dalam kesatuan pulau, dan membentuk Benua Atlantis.
“Jika Anda membuka atlas, jika Anda melihat laut dangkal, jika Anda menggabungkan garis peta China Selatan laut, Laut Jawa, Anda membuat mereka lahan kering yang menghubungkan Kalimantan, Jawa, Bali, Sumatera, semenanjung Malaysia sekaligus dalam satu benua,” paparnya.
Ditanya apakah Atlantis menurutnya benar terletak di Indonesia, Oppenheimer membenarkannya. “Saya bukan tidak meyakini bahwa Atlantis di Indonesia, tapi saya tidak tahu buktinya, jadi saya memilih diam,” jawab dia.
Apa buktinya? “Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikultur lain di dunia,” kata Oppenheimer dalam diskusi bedah bukunya di Jakarta, Oktober 2010. Tentu, pendapat ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Universitas Oxford itu, memberi paradigma berbeda dari yang ada selama ini bahwa peradaban paling awal berasal dari Barat.
Berbeda dengan Santos, Oppenheimer tak langsung menyimpulkan Sundaland adalah Atlantis. Dia sendiri mengakui butuh penelitian lebih lanjut, dan berharap ada kerjasama dengan peneliti di Indonesia, untuk menjelaskan Sundaland adalah Surga yang Tenggelam itu. Tapi, Oppenheimer meyakini Sundaland di wilayah Nusantara itu punya peradaban sangat maju di masanya.
”Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6), di sela-sela rencana gelaran ‘International Symposium on The Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia Archipelago, 28-30 Juni 2005.
Kata Umar, dalam dua dekade terakhir memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es.
Hipotesa itu, kata Umar, berdasarkan pada kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologimolekuler. Tema ini, lanjutnya, bahkan akan menjadi salah satu hal yang diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28-30 Juni.
Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis — jika memang benar — adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.
Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.
Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Harry Truman Simanjuntak, mengakui memang ada pendapat dari sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia. Namun hal itu masih debatable.
Yang jelas, terang Harry, memang benar ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas daratan itu kira-kira dua kali negara India. ”Benar, daratan itu hilang. Dan kini tinggal Sumatra, Jawa atau Kalimantan,” terang Harry. Menurut dia, sah-sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam itu adalah benua Atlantis yang hilang, meski itu masih menjadi perdebatan.
Dominasi Austronesia Menurut Umar Anggara Jenny, Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang.
”Pertanyaannya dari mana asal-usul mereka? Mengapa sebarannya begitu meluas dan cepat yakni dalam 3500-5000 tahun yang lalu. Bagaimana cara adaptasinya sehingga memiliki keragaman budaya yang tinggi,” tutur Umar.
Salah satu teori, menurut Harry Truman, mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju, proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban. ”Tapi ini masih diperdebatkan.”
Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.
Pendapat Santos dan Oppenheimer mengenai jejak Atlantis dan Indonesia sebagai bekas pusat peradaban itu di satu sisi mengundang pesona. Tapi tak semua pihak percaya atas klaim itu. Menariknya, justru ilmuwan Indonesia sendiri mengkritik pandangan dua pengamat asing itu.
Profesor Riset Astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, meragukan cerita Atlantis itu. Bagi Djamaluddin, kisah Atlantis itu hanya sekadar cerita, dengan nilai ilmiah yang minim.
Dengan kata lain, penjelasan Atlantis yang dilontarkan para peneliti selama ini masuk dalam pseudosains, atau ilmu semu. “Ini bukan ilmiah. Ini pseudosains. Antara cerita dengan fakta ilmiah itu bercampur di sana,” kata ilmuwan Indonesia, Thomas Djamaluddin.
Tapi kata Djamaluddin, Atlantis tak lebih dari sekadar cerita karangan Plato yang melegenda. “Kalau itu dijadikan fakta ilmiah sejarah geologi, Plato itu hanya berdasarkan pemahaman dia. Plato tak menyebutkan data,” jelas Djamaluddin.
Peneliti lulusan lulusan Kyoto University, Jepang, itu juga menilai sejarah geologi tak memperlihatkan Indonesia adalah Atlantis. “Tulisan sejenis Santos ini sudah beredar lama. Itu hanya dugaan saja,” ujarnya.
Bantahan lain, misalnya datang dari geolog senior dari BP Migas, Awang Satyana. Dalam satu acara bedah buku Santos, sekitar dua tahun silam, Awang mengatakan Santos tak mengajukan bukti dan argumentasi geologi.
Sundaland, kata Awang, adalah paparan benua stabil yang tenggelam 15.000 – 11.000 tahun lalu oleh proses deglasiasi akibat siklus perubahan iklim.   “Bukan oleh erupsi volkanik. Erupsi supervolcano justru akan menyebabkan musim dingin dalam jangka panjang,” ujar Awang.
Bahkan soal migrasi manusia Sundaland ke sekujur bumi, kata Awang, berlawanan dengan bukti penelitian migrasi manusia modern secara biomolekuler.
Pakar geologi dari Universitas Padjajaran, Oki Oktariadi, mengingatkan dugaan lokasi Atlantis bukan hanya Indonesia. Ada banyak wilayah seperti Andalusia, Pulau Kreta, Santorini, Tanjung Spartel, Siprus, Malta, Ponza, Sardinia, Troy, dan lain-lain.
Walau kebenarannya masih diragukan, bagi Oktariadi, penelitian itu punya nilai positif bagi Indonesia. Setidaknya, negeri ini lebih dikenal di dunia internasional, khususnya di antara para peneliti di berbagai bidang. “Pemerintah Indonesia perlu menangkap peluang ini,”
“Hasil penelitian terbaru oleh Kimura’s (2007) menemukan beberapa monumen batu di bawah perairan Yonaguni, Jepang yang diduga sisa-sisa dari peradaban Atlantis atau Lemuria,” demikian paparan Oktariadi dalam makalahnya yang berjudul “Benarkah Sundaland itu Atlantis yang Hilang?”
Beberapa orang yang penulis temukan secara tak sengaja, antara Maret-Mei tahun 2009 telah mengaku menemukan jejak-jejak situs yang diduga kemungkinan besar adalah replika situs Atlantis.  Menurut pengakuan mereka, mereka terdorong oleh ilham dan mimpi serta cerita-cerita tambo, mitos dan legenda yang diwarisi dari leluhur mereka tentang cerita istana Dhamna yang hilang di tengah pulau Sumatra, di sekitar perbatasan Propinsi Sumatra Barat, Jambi dan Riau.
Sekitar 6 bulan mereka melakukan riset dan ekspedisi ke lokasi, dengan partisipasi seorang arkeolog dan panduan beberapa tokoh masyarakat adat setempat mereka menemukannya di tengah bukit dan hutan yang sukar dijangkau manusia. Di tempat yang sekarang dikenal sebagai Lubuk Jambi itu konon telah diketemukan  oleh masyarakat setempat berbagai artefak dan sisa bangunan peninggalan kerajaan Kandis, yang diduga Atlantis itu di dekat sungai Kuantan Singgigi. Beberapa foto dirimkan oleh mereka kepada penulis sebagai bukti hasil ekspedisi mereka. Namun demikian, menurut mereka, tempat tersebut dijaga dan dipelihara, selain oleh masyarakat adat setempat juga oleh kekuatan makluk supra natural tertentu yang menjaganya ribuan tahun. Bahkan menurut mereka, jarum kompas yang mereka bawa ke tempat itu pun tidak bisa berfungsi lagi, karena pengaruh kutub magnetis bumi pun menjadi hilang di sana. Salah satu dari tim ekspedisi itu mengaku melihat dan merasakan kehadiran semacam siluman macan/harimau yang menjaga tempat itu. Wallahu ‘alam bi shawab.
Namun terlepas dari benar tidaknya pengakuan mereka, ada juga beberapa pihak yang mengaitkan diketemukannya bukti-bukti situs Atlantis sebagai peradaban umat manusia pertama dengan sejarah kehidupan Nabi Adam As dan anak-cucu keturunannya, dengan prediksi kebangkitan kembali agama-agama dan spiritualisme dunia menjelang akhir zaman. Ini konon terhubung dengan persiapan kedatangan Imam Mahdi dan mesianisme kebangkitan kembali Nabi Isa al-Masih, sebelum kiamat tiba.
Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial Andi Arief mengatakan, di Desa Sadahurip dekat Wanaraja Kabupaten Garut, Jawa Barat, ditemukan sebuah bangunan purba yang terkubur.
Headline
Andi Arief menjelaskan tim katastropik purba telah mendapatkan gambaran bentuk bangunan tersebut seperti piramida, melalui foto satelit IFSAR, geolistrik, dan berbagai survei.
Umur bangunan yang terpendam diduga lebih tua dari Piramida Giza, Mesir. Tim katastropik purba telah meneliti secara intensif dan uji “karbon dating untuk memperkirakan umur bangunan itu.
Gunung Sadahurip, Garut Jawa Barat. (Foto: indonesiaterkini.com)
“Kita sudah pastikan bangunan itu bentuknya mirip piramida. Ditengarai ada satu pintu untuk masuk ke bangunan tersebut, kita terus lakukan penelitian,” kata Andi Arief (2011).
Sekadar catatan, Piramida Giza selama ini dikenal sebagai piramida tertua dan terbesar dari 3 piramida yang ada di Nekropolis Giza.
Tim Katastropik Purba akan terus berkoordinasi dengan bidang kepurbakalaan, antropologi, arkeologi, pakar budaya, ahli sejarah dan lainnya. Disamping itu, juga akan terus berkoordinasi lintas ilmu kebumian sehubungan dengan temuan-temuan sejarah bencana-bencana lokal dan global untuk dicari mitigasinya.
Para peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional akan membahas penemuan beberapa bukit yang memiliki bentuk mirip dengan piramid di beberapa daerah di Indonesia.
Hal itu dikemukakan oleh Direktur Jendral Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Aurora Tambunan.
“Bukit itu adalah temuan geologi dengan bentuk yang sangat menarik. Tindak lanjut penelitian akan dirapatkan oleh Puslit Arkenas,” ujar Aurora Tambunan.
Namun, demikian, menurut Aurora yang lebih akrab dipanggil Lola, hingga kini belum ada bukti tinggalan arkeologi di tempat itu. “Maka saya tidak dapat menyebutnya sebagai cagar budaya,” Lola menjelaskan.
Temuan bukit yang mirip bentuk piramida hingga kini masih mengundang kontroversi di kalangan para peneliti.
Pada Kamis pekan lalu, saat para peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan pertemuan dengan Yayasan Turangga Seta, para arkeolog terkesan masih menunggu hasil penelitian resmi terlebih dahulu.
Sebab, saat itu kelompok Turangga Seta belum bisa mempublikasikan hasil uji geolistrik yang sempat mereka lakukan. Namun, sempat diperlihatkan hasil uji geolistrik yang dilakukan Turangga Seta bersama seorang pakar geologi ternama.
Hasil uji geolistrik itu menangkap keberadaan sebuah struktur batuan yang tak biasa yang mirip dengan bangunan piramid, di bawah permukaan bukit di Gunung Lalakon, Desa Jelegong, Kecamatan Kotawaringin, Kabupaten Bandung.
Di atas struktur bangunan mirip piramid itu, terdapat pola lapisan batuan tufa dan breksi yang berselang seling, dengan posisi melintang.
“Selama ini saya tidak pernah menemukan struktur subsurface seperti ini. Ini tidak alamiah,” kata seorang pakar geologi terkenal yang turut dalam penelitian bersama tim Turangga Seta, pada sebuah rekaman video yang diabadikan.
Lebih lanjut, pakar geologi itu menunjuk sebuah bentukan di dalam strutur bangunan itu, yang mirip dengan lorong atau pintu. Ia memperkirakan struktur seperti itu kemungkinan besar adalah struktur buatan manusia.elain uji geolistrik di Gunung Lalakon itu, Pendiri Yayasan Turangga Seta, Agung Bimo Sutedjo, mengatakan bahwa mereka telah melakukan uji seismik di 18 titik.
Anggota Turangga Seta, Hery Trikoyo mengatakan bahwa hasil uji geolistrik di Gunung Sadahurip yang terletak di Desa Sukahurip Pengatikan Kabupaten Garut Jawa Barat, juga menunjukkan hasil yang sama.
Namun pada bukit itu tidak dijumpai adanya rongga seperti pintu, seperti halnya bukit di Bandung. “Mungkin karena kami hanya mengujinya di salah satu bagian lereng bukit saja,” katanya.
“Ada ratusan piramida di Indonesia, dan tingginya tak kalah dari piramida Giza di Mesir yang cuma 140-an meter,” kata Agung. Meski masih harus diuji secara ilmiah, pandangan Agung senada dengan teori Profesor Arysio Santos, yang menyebutkan Indonesia adalah peradaban Atlantis yang hilang.
Keyakinan ini tentu saja membuat banyak orang mengernyitkan dahi.  Turangga Seta sempat mem-post keyakinan mereka ihwal keberadaan piramida di Indonesia di sebuah forum online. lengkap dengan foto-fotonya. Hasilnya, mereka menuai cemoohan dan tertawaan. “Nanti, kalau semuanya terbukti, mereka tak bisa lagi tertawa,” kata Agung berapi-api.
Di sisi lain, ada beberapa pengamat benua Atlantis yang percaya bahwa kehancuran peradaban benua Atlantis bukan karena peristiwa geologi, tetapi disebabkan bencana buatan manusia seperti ledakan nuklir. Menurut Cayce, Atlantis mencapai tingkat teknologi tinggi luar biasa sebelum benua itu tenggelam.

Mereka menciptakan laser, pesawat, televisi, xray, energi atom, kontrol cybernetic, dan itu semua adalah kekuatan alam yang sangat kuat dan telah dikembangkan hingga menyebabkan kehancuran benua Atlantis.

Apa pun yang ditulis Plato tentang peradaban benua Atlantis, ia tak pernah memulai pencarian di seluruh dunia tentang benua yang hilang. Plato mendapatkan perhatian besar dan telah menyerang pemikiran orang lain selama berabad-abad. Apakah benua Atlantis adalah fakta atau fiksi? Atau kebalikan dari peristiwa nyata, atau malah dongeng? Plato telah berhasil, membingungkan dan menantang umat manusia tentang misteri benua Atlantis selama lebih 2000 tahun.
Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaula internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.
Satu-satunya kesimpulan tepat yang dapat diperoleh adalah benar ada sebuah daratan yang karam di dasar laut Atlantik. Jika memang benar di atas laut Atlantik pernah ada kerajaan Atlantis, dan kerajaan Atlantis memang benar tenggelam di dasar laut Atlantik, maka di dasar laut Atlantik pasti dapat ditemukan bekas-bekasnya. Hingga saat ini, kerajaan Atlantis tetap merupakan sebuah misteri sepanjang masa.
Dihimpun dari berbagai sumber
Read more ...